Pocari Sweat (ポカリスエット Pokari Suetto) merupakan salah satu minuman ringan dan minuman olahraga terpopuler di Jepang, diproduksi oleh Otsuka Pharmaceutical Co, Ltd. Minuman ini pertama kali dijual pada tahun 1980. Di luar Jepang juga dijual pada daerah Asia Timur, Asia Tenggara dan Timur Tengah.
Pocari
Sweat mempunyai rasa ringan, relatif ringan, minuman manis berkarbonasi
dan diiklankan sebagai “minuman pengganti ion dalam tubuh”. Memiliki
rasa jeruk ringan dengan sedikit sensasi. Bahan komposisinya adalah air, gula, asam sitrat, natrium sitrat, natrium klorida, kalium klorida, kalsium laktat, magnesium karbonat dan rasa. Serta dijual dalam bentuk cairan, dapat dalam bentuk aluminium dan botol plastik namun ada juga yang dalam bentuk serbuk. (http://id.wikipedia.org/wiki/Pocari_Sweat )
POCARI
SWEAT adalah minuman isotonik sebagai pengganti cairan tubuh yang
hilang setiap harinya. Komposisi POCARI SWEAT mirip dengan cairan tubuh
dengan kandungan elektrolit yang seimbang, sehingga dapat diserap lebih
cepat dan lebih baik dibandingkan air minum biasa, sehingga dapat
mencegah terjadinya dehidrasi berat. Selain itu, dengan kelebihan
tersebut, POCARI SWEAT dapat mengembalikan cairan tubuh secara
menyeluruh sehingga membuat tubuh terasa lebih segar dan sehat.
- Pocari Sweat dibuat berdasarkan penelitian ilmiah, sehingga komposisinya terukur dan mirip dengan cairan tubuh. Hal ini juga menyebabkan Pocari Sweat dapat diserap lebih cepat dan lebih baik daripada air biasa.
- Karena cepat diserap tubuh, Pocari Sweat cepat menggantikan cairan tubuh yang hilang.
- Pocari Sweat tidak mengandung pengawet, pemanis buatan, soda ataupun kafein, sehingga aman untuk dikonsumsi.
- Minum Pocari Sweat agar cairan tubuh tetap terjaga. POCARI SWEAT minuman isotonik yang aman dan terukur. (http://www.pocarisweat.co.id)
ANALISIS
Minuman
Pocari Sweat semakin gencar menyerbu pasaran dengan kelebihan-kelebihan
yang berusaha ditonjolkan. Minuman sendiri sebenarnya ada karena adanya
kebutuhan manusia akan cairan. Ketika manusia haus, maka ia minum. Ini
adalah kebutuhan dasar manusia, namun sekarang ini banyak
pilihan-pilihan jenis minuman yang dapat dikonsumsi. Misalkan, ada
minuman isotonik dengan kelebihannya yaitu mengandung ion yang dapat menggantikan cairan tubuh,
minuman jus dalam kemasan, bahkan air putih kemasan seperti Aqua.
Adanya produk-produk ini merupakan hasil dari adanya kebutuhan dasar
manusia untuk minum di saat haus.
Iklan
Pocari Sweat sendiri berusaha menampilakan gambaran bahwa manusia
membutuhkan ion untuk menjaga kelembaban kulit, membantu menyembuhkan
metabolisme tubuh yang rusak, ion tubuh bisa hilang saat tidur,
berkeringat, maupun menangis. Bila ditelusur lebih jauh, sebenarnya
kebutuhan dasar kita adalah untuk minum. Sebenarnya cukup dengan air
putih atau minuman isotonic yang dapat dibuat sendiri, misalkan oralit.
Air kelapa juga dapat menjadi pilihan minuman isotonic yang bersifat
alami. Pocari Sweat sendiri tak hayal juga sama dengan air putih karena
berfungsi sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang agar tidak
dehidrasi, tetapi orang merasa keduanya mempunyai perbedaan yang
signfikan.
American
College of Sport Medicine menyatakan untuk mencegah dehidrasi adalah
dengan meminum sekitar setengah liter air 2-3 jam sebelum berolahraga,
kemudian minum kembali sekitar 250 ml sekitar 10-20 menit sebelum
berolahraga, serta minum 250 ml lagi saat berolahraga. Untuk yang
membutuhkan minuman isotonik, lebih baik untuk meminum oralit sebagai
minuman isotonik alami. Oralit dapat dibuat dengan mencampurkan 900 ml
air, ditambah gula 50 gr, garam 1,5 gram dan irisan lemon. (http://id.jabunta.com/2011/03/28/minuman-isotonik-alami/ )
Industri budaya merujuk pada prroduk dan proses mass culture (Storey, 2009:62).
Perusahaan berusaha mencari celah dengan membuat produk yang bisa
diterima masyarakat. Poduk Pocari Sweat menjadi culture industry ketika
minuman ini diterima oleh masyarakat sebagai minuman isotonic. Hal ini
membuat Pocari Sweat sebagai minuman isotonic menjadi sebuah komoditas.
Komoditas muncul ketika terjadi perubahan nilai yang dimiliki oleh suatu
barang. Dari semula memiliki nilai guna kemudian berubah menjadi
nilai tukar. Orang yang sebenarnya bisa minum air putih biasa, air
kelapa, atau oralit yang bisa dibuat sendiri, tetapi akhirnya karena
iklan kita jadi merasa kita butuh minuman isotonic. Disinilah terjadi
false need, dimana sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan atau
hanya berupa keinginan berubah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Sebuah produk mendoktrin, memanipulasi, menyebarkan kesadaran palsu yang menjadi gaya hidup (way of life). (Storey, 2009:63)
Komoditifikasi
merupakan penurunan nilai budaya asli dengan membuat budaya tersebut
menjadi komoditas yang dapat dijual. (Storey, 2009:64) Komoditas adalah hasil produksi yang mempunyai nilai guna, nilai tukar, dan pesaing. Pesaing-pesaing
Pocari Sweat muncul dengan menawarkan minuman isotonic dengan berbagai
merk seperti Mizone, Vitazone, Isotonic, dll. Commodity fetishism
terjadi ketika orang merasa harus membeli minuman isotonic dengan merek
Pocari Sweat diantara banyak pilihan atau pesaing yang lain. Commodity
fetishism adalah pemujaan terhadap benda produksi. Orang membeli bukan
didasarkan pada nilai guna tetapi berdasarkan status yang akan diperoleh
ketika membeli barang tersebut. Hal ini membaut orang merasa harus
membeli dengan merk atau brand tertentu.
Tidak
seperti hasil kebudayaan asli yang dibuat dengan sungguh-sungguh tidak
hanya didasarkan pada motif uang, produk budaya popular tidak memiliki
detail khusus yang membuat mereka berbeda satu dengan yang lain. Dalam
buku Cultural Theory and Popular Culture yang ditulis oleh John
Storey juga disebutkan bahwa bagian lagu produk budaya populer dapat
ditukar satu sama lain, tanpa memberikan perbedaan yang berarti. Andorno
menyatakan bahwa apabila suatu lyrik atau lagu terbukti berhasil di
masyarakat, maka lirik tersebut akan menciptakan standarisasi bagi lirik
dan lagu yang lain (Storey, 2009: 64).
Iklan
Pocari Sweat memberikan suatu standarisasi tersendiri, berupa pemikiran
bahwa tubuh selalu kehilangan cairan yang tidak dapat digantikan oleh
air biasa. Dibutuhkan cairan isotonik khusus yang dapat menggantikan
cairan tersebut, sehingga kita dapat tetap melakukan segala aktivitas
dengan lancar. Kesuksesan Pocari Sweat juga telah mengakibatkan
timbulnya standarisasi bagi minuman isotonik lain seperti Mizone,
Vitazone, Powerade Isotonik, Optima Sweat dst. Semua minuman tersebut
menawarkan minuman yang mengandung cairan serupa dengan cairan tubuh
sehingga dapat membangkitkan tenaga atau semangat dalam beraktifitas. Hal
ini menunjukkan terjadinya homogenitas seperti disebutkan Storey
(2009:62) bahwa industri budaya ditandai oleh 2 hal yakni homogenitas
dan prediktabilitas.
Iklan
Pocari Sweat juga terstandarisasi dalam hal isi iklan tersebut. pocari
memiliki target pasar yakni anak-anak muda, olahragawan yang panda
intinya minuman ini tidak hanya ditujukan bagi orang sakit. Sebab
sebagian besar masyarakat masih beranggapan bahwa minuman isotonik hanya
dibutuhkan oleh mereka yang sedang sakit. Oleh sebab itu iklan-iklan
Pocari selalu menampilkan anak-anak muda yang sehat dan aktif. Pocari
juga mengusung JKT 48 sebagai icon prodak mereka. Sebab JKT 48
kemungkinan besar dirasa cukup mampu merepresentasikan anak muda yang
aktif dan sehat. Mereka ditampilkan sebagai sosok anak muda yang catik
penuh semangat serta aktif. Icon-icon lain juga merepresentasikan hal
yang serupa. Pesan yang disampaikanpun jelas yakni minuman tersebut
ditujukan sebagai pengganti cairan tubuh yang hilang setelah
beraktifitas.
Standarisasi
ini berkaitan erat dengan pseudo-individualization yakni akibat dari
standarisasi produk budaya popular yang mengakibatkan konsumen sejalan
dengan pemberi pesan. Pseudo-individualization dalam hal ini menjaga
setiap orang agar tetap dijalan yang sama dengan membuat mereka lupa
bahwa mereka telah diperdengarkan apa yang kemudian diperdengarkan
kepada mereka (Storey, 2009: 67). Dalam iklan Pocari orang lupa bahwa
juga telah melihat banyak produl atau iklan serupa. Setiap kali mereka
melihat iklan Pocari, banyak yang merasa iklan tersebut berbeda dengan
iklan yang telah mereka lihat sebelumnya. Padahal Pocari memiliki
banyak sekali iklan. Mereka sering mengganti iklan yang telah beredar
di masyarakat dan menyesuaikannya dengan keinginan pasar atau budaya
seperti apa yang tengah tenar dimasyarakat dan dapat mereka gunakan
dalam iklan.
Referensi:
Storey, John. 2009. Cultural Theory and Popular Culture.
Baca juga disini.
Tulisan ini adalah karya saya bersama partner mata kuliah Teori Komunikasi II saya, Sesilia Narendra.
No comments:
Post a Comment