Thursday, 4 September 2014

Idealisme yang Teruji

Judul ini dipilih karena sesuai sama pengalamanku hari ini.. Baru saja aku sama 2 anak magang lainnya ikut forum bersama editor. Menarik, banyak informasi baru dan pengetahuan yang aku dapet. Kita diajarin nyari topik dalam waktu singkat dan macem-macem. Semua terkait media dan menjadi seorang wartawan.

Satu yang menjadi permenungan ku yaitu masalah idealisme. Lagi-lagi masalah ini yang telah kuprediksi akan teruji ketika masuk dunia kerja. Bahkan ini baru magang aku udah kerasa. Memag aku masih berstatus menjadi seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi dengan konsentrasi studi Jurnalistik dan Kajian Media. Menginjak semester 7 dengan semua pengetahuan dan idealisme.

Tadi ada kesempatan untuk mengutarakan ide. Aku mengungkapkan ide tentang seorang pengemis yang membawa anak yang bukan anaknya, tetapi banyak orang yang tersentuh dan memberikan uang. Yah, ide ini terlalu idealis dengan keterbatasan waktu seorang wartawan untuk sebuah tulisan feature majalah. Mas editor berpesan bahwa ketika kita menulis, jangan berharap kita menjadi pahlawan. Di luar sana masih banyak pahlawan. Dalam hati aku memberontak, kalau bukan kita siapa lagi? Hmm.. tapi apa daya, aku cuma mahasiswa yang lagi magang dengan kemamuan ala kadarnya dan minim pengalaman. Tentu aku menghargai dia yang lebih berpengalaman.

Dia membuka pikiranku. Berusaha mewanti-wanti ku yang masih sangat polos ini tapi udah mau jadi pahlawan. Jujur ini membuatku semakin bingung. Sejak aku mengambil Kajian Media, semua hal berasa berkebalikan dengan kenyataan. Aku diajari untuk mencari masalah di tengah hal yang semua orang merasa baik-baik saja. Konyol, tapi aku menikmati walau dengan kebingungan antara teori dan realita. Antara apa yang ideal dengan apa yang sebenarnya ada.

Aku ga tahu harus berbagi dan berdiskusi dengan siapa. Yang jelas aku masih merasa belum menemukan pedoman untuk melanjutkan perjuanganku di dunia kerja. Rasa-rasanya bangku kuliah belum cukup membekaliku. Yang jelas, aku butuh seseorang yang mampu membimbing dan memberikan pandangan tentang bagaimana bersikap idealis di tengah dunia nyata.

Apa mungkin aku lebih cocok di dunia penelitian? Hmmm... rasa-rasanya aku perlu lebih merasakan dan menelusuri.

Monday, 1 September 2014

Bosen!

2 September 2014.. Aku masih magang di Majalah Intisari. Ada tugas untuk buat artikel online dan artikel cetak, tapi entah kenapa aku belum mood. Beberapa hari ini memang ada rasa bosan mungkin, atau kurang menikmati? Sebenarnya aku cukup menikmati, walau kurang menantang. Ya memang aku pemalas, terkadang rajin, terkadang pemalas. Kalau gak ada target jadinya males banget. kalau ada target buset bisa rela ga tidur deh.. Ini ni kelemahanku..

Bagusnya aku sih tetap tanggug jawab sama tugasku. Waau sering bikin tugas H-beberapa jam. Ini pula yang jadi kebiasaan pas sekolah sama kuliah. Entah mukjizar atau apa tapi nilaiku tetap bagus-bagus aja. Bahkan lebih bagus daripada yang ngerjain h- 1 bulan mungkin. Hehehe.. ga maksud sombong ya, tapi justru merasa kurang rajin. Hmmm, harus ditekan baru otak ini cemerlang. 

Hari ini kantor masih sepi, beberapa orang udah datang sih.. Seperti biasa aku brain storming dulu liat-liat informasi yang ku suka, buka media sosial, nyari promo tiket kereta api buat balik ke jogja, baca-buka email dan baca-baca berita dari berbagai portal atau e paper Kompas yang bisa kubaca dengan gratis. hehehehe. Sebenarnya aku kurang menikmati nulis di media online. Kenapa? karena bagiku kurang mendalam. Semua serba di permukaan. Ide-ide pun berasa mandeg di otak ketika harus nemu ide buat majalah cetak. Memang aku lebih suka analisis secara mendalam daripada cuma di permukaan. Ini dia yang butuh adaptasi besar waktu magang.

Pola piirku masih kebawa kuliah jadi seba mencari hal yang dapat dikritisi, bukan cuma diinformasikan karena menarik. Jiwa idealisme memang masing sangat kuat  melekat karena aku belum ngerasain dunia kerja dalam waktu lama. Ini masih sebatas mencicipi. Rasanya malu malah ketika tulisanku dibaca, sebuah rasa yang aneh. hehehe..


Kenapa ada tulisan dorong dan tarik di pintu?

Ehmm.. udah sekian banyak temen yg heran atau bahkan kesel knp aku dorong pintu pdhl tulisannya tarik.

Contoh pintu Indomaret


Menurutku ada 2 alsn knp pintu itu ada tulisan tarik dan dorongnya.

1. Krn emg cuma bisa dibuka satu arah (dorong aja atau tarik aja)

2. Biar ga tabrakan ketika ada org yg masuk dan yg keluar. Jd ga kejadian satu mau masuk dorong, satu mau keluar dorong (di sisi pintu yg sama yaa).

Nah, bdsrkn pengalaman pintu2 kebanyakan yg ke-2. Walau sbnrnya emg mau di dorong apa ditarik sama2 bisa kebuka krn bs dua arah.

Krn merasa ga bakal tabrakan, jd ku doronglah. Gaya dorong lebih ringan dari daya tarik. Ini terkait pelajaran fisika. Kl dorong kan jg bs pake massa tubuh kita jd dorongny lbh enteng. (Untuk kasus dorong pintu dalam posisi berdiri yaaa, mungkin bisa kebalikannya tergantung kemiringan dan posisi tubuh juga)

Oiya, mungkin ada yg tahu alasan lain knp pintu ada tlsn dorong dan tariknya?

Semua pasti ada alasannya. Dan entah knp ga semua hal (termasuk mslh tlsn di pintu) kupercayain. Bahkan sering kulanggar. Iseng2 dorong pdhl tulisan tarik, dsb. Hehe, maaf, mungkin krn aku ga terlalu taat aturan 


Pada intinya, jangan menelan semua dengan mentah-mentah. jangan terlalu terpaku pada aturan krn justru itu akan menjadi belenggu yang membuat kita enggan beralih dan memperbaiki keadaan. Aturan bagai pisau bermata dua.